welcome to xona xander

hanya bisa mencoba

Minggu, 30 September 2012

Jenis-Jenis Bahasa


Jenis Bahasa

Sekarang kita berasal di Indonesia berarti kita menggunakan bahasa Indonesia 
yang merupakan bahasa persatuan bangsa Republik Indonesia. Sedikit sejarah 
bahasa Indonesia merupakan sebuah dialek/loghat bahasa Melayu. 

Bahasa sebagai sistem komunikasi dikatakan pada dasarnya berbeda dari dan lebih tinggi 
tingkat kerumitannya daripada spesies lain dimana bahasa berdasarkan pada sebuah 
sistem kompleks dari aturan yang berkaitan dengan simbol dan makna, sehingga 
menghasilkan sejumlah kemungkinan penyebutan yang tak terbatas dari sejumlah 
elemen yang terbatas. 



Manusia mengakui bahasa lewat interaksi sosial pada masa balita, dan anak-anak sudah 
dapat bicara secara fasih sekitar umur tiga tahun. Selain digunakan untuk berkomunikasi 
dan berbagi informasi bahasa juga digunakan untuk melangsungkan fungsi sosial dan 
kultural, seperti untuk menandakan identitas suatu kelompok, stratifikasi sosial dan 
untuk dandanan sosial dan hiburan. 



Dengan kesimpulan bahasa juga dapat digunakan untuk menjelaskan sekumpulan 
aturan yang membuat bahasa bisa ada, atau sekumpulan penyebutan yang dapat 
dihasilkan dari aturan tersebut. 



Disini kelompok kami yang terdiri dari Daniel W, Heni Juwita , Nur Sidik mendapat
 tema tentang bahasa sama dengan teman-teman lain. Cuman kami dapat bagian 
di “Jenis-Jenis Bahasa”. Kami akan membahas jenis-jenis bahasa agar lebih mudah 
dimengerti dan menambah wawasan.


Kalau kita membicarakan satu bahasa yang memiliki beberapa variasi berkenaan dengan 
penutur dan penggunaanya secara kongret. Maka dalam pembahasan jenis bahasa 
berurusan dengan beberapa bahasa. Bahasa dibedakan menjadi BAHASA LISAN 
(VERBAL), BAHASA KOMPUTER (MESIN), DAN BAHASA ISYARAT. Penjenisan 
bahasa secara sosiolinguistik yaitu menjeniskan bahasa berkenaan dengan faktor-faktor 
eksternal bahasa yaitu faktor sosiologis, politis dan kultural yang tentunya tidak 
sama dengan penjenisan secara geneologis maupun tipologis yang menjeniskan bahasa 
berkenaan dengan ciri-ciri internal bahasa itu. 

Akan dijabarkan jenis-jenis bahasa berdasarkan cara memperolehnya, diantaranya : 



1. Jenis Bahasa Berdasarkan Sosiologis 

2. Jenis Bahasa Berdasarkan Sikap Politik 

3. Jenis Bahasa Berdasarkan Tahap Pemerolehan 



1. Jenis Bahasa Berdasarkan Sosiologis. 


(1) standarisasi, 
(2) otonomi, 
(3) historisitas, dan 
(4) vitalitas 

1. Standarisasi kodifikasi dan penerimaan terhadap sebuah bahasa oleh masyarakat 
pemakai bahasa itu akan seperangkat kaidah atau norma yang menentukan pemakaian 
bahasa yang benar. 

2. Keotonomian sebuah sistem linguistik disebut memiliki kemandirian sistem yang tidak 
berkaitan dengan sistem lain. Jadi apabila suatu bahasa tidak memiliki kesejarahan yang 
sama dapat dikatakan memiliki keotonomian serta memiliki perbedaan dari segi struktur. 

3. Historisitas sebuah sistem linguistik dianggap memiliki historisitas kalau diketahui atau 
dipercaya sebagai hasil perkembangan perkembangan yang normal dari masa 
lalu. Faktor kesejarahan ini berdasarkan atas etnik tertentu. 

4. Vitalitas atau keterpakaian yaitu pemakaian sistem linguistik oleh suatu masyarakat 
penutur asli yang tidak terisolasi. Jadi, unsur vitalitas ini mempersoalkan apakah sistem 
linguistik tersebut memiliki penutur asli yang masih menggunakan atau tidak. 

Berdasarkan ada (+) dan tidak ada (-) unsur-unsur tersebut (standardisasi, otonomi, 
historis dan vitalitas) Stewrat membedakan adanya tujuh jenis bahasa, seperti berikut: 

BAHASA ARTIFISIAL adalah bahasa buatan, seperti bahasa Vo-lapuk dan bahasa 
Esperanto. Bahasa atrifisial dapat pula diartikan bahasa yang dibuat, disusun dengan 
maksud untuk menjadikan bahasa pengantar (lingua franca) internasional. Jadi 
bukan bahasa alamiah. Bahasa jenis ini mempunyai ciri standardisasi dan otonomi 
tetapi tidak memiliki ciri historis dan vitalitas. 

Jenis BAHASA VERNAKULAR menurut Pei dan Gaynor adalah bahasa umum yang 
digunakan sehari-hari oleh satu bangsa atau satu wilayah geografis, yang bisa dibedakan 
dari bahasa sastra yang dipakai terutama di sekolah-sekolah dan dalam kesusastraan yang ditandai dengan memiliki ciri otonomi, historis dan vitalitas tetapi tidak mempunyai standardisasi. 

Jenis bahasa yang disebut DIALEK memiliki ciri vitalitas dan historisitas tetapi tidak 
memiliki ciri standardisasi dan otonomi sebab keotonomian bahasa itu berada di 
bawah langue bahasa induknya. 

Bahasa yang berjenis KREOL hanya memiliki vasilitas, tidak memiliki ciri standardisasi
, otonomi dan historis. Pada mulanya sebuah kreol berasal dari bahasa pijin 
yang dalam perkembangannya digunakan pada generasi berikutnya, sebagai satu-
satunya alat komunikasi vebal yang mereka kuasai. 

Bahasa berjenis PIJIN tidak memiliki keempat dasar penjenisan. Bahasa jenis ini terbentuk 
secara alami di dalam suatu kontak sosial yang terjadi antara sejumlah penutur yang 
masing-masing memiliki bahasa ibu. Sebuah pijin biasanya terjadi di kota-kota 
pelabuhan tempat bertemunya pedagang dan pelaut dari berbagai bangsa dan atau
suku bangsa yang berlainan dengan bahasa ibunya. Pijin terbentuk sebagai bahasa
 campuran dari bahasa pelaut dan pedagang itu, serta hanya digunakan sebagai alat 
komunikasi di antara mereka yang berbahasa ibu berbeda itu. 


2. Jenis Bahasa Berdasarkan Sikap Politik. 

Bahasa berdasarkan sikap politik dapat dibedakan dengan adanya BAHASA NASIONAL, 
BAHASA RESMI, BAHASA NEGARA, DAN BAHASA PERSATUAN. Perbedaan ini 
dikatakan berdasarkan sikap politik karena sangat erat sekali hubungannya dengan 
kebangsaan. Ada kemungkinan keempat sistem itu memiliki keterkaitan yang sama,
mungkin juga tidak . 

Sistem linguistik disebut sebagai BAHASA NASIONAL kalau sistem linguistik itu 
diangkat oleh suatu bangsa sebagai suatu identitas bangsa itu. Pengangkatan sebuah 
system linguistik menjadi bahasa nasional adalah berkat sikap dan pemikiran politik 
agar dikenal sebagai sebuah bangsa yang berbeda dengan bangsa lain. 

BAHASA NEGARA adalah sebuah sistem linguistik yang secara resmi dalam 
undang-undang dasar sebuah Negara ditetapkan sebagai sebuah alat komunikasi 
resmi sebuah Negara, artinya segala urusan kenegaraan, administrasi kenegaraan, 
dan kegiatan-kegiatan kenegaraan dijalankan menggunakan bahasa tersebut. 

BAHASA RESMI adalah sebuah sebuah sistem linguistik yang ditetapkan untuk 
digunakan dalam suatu pertemuan seperti seminar, konferensi, rapat, dan sebagainya. 
Dalam sidang internasional PBB, bahasa Inggris, Prancis , Spanyol, China dan 
bahasa Arab ditetapkan sebagai bahasa persidangan. 

Pengangkatan BAHASA PERSATUAN dilakukan oleh suatu bangsa dalam kerangka 
perjuangan dimana bangsa yang berjuang itu merupakan masyarakat yang multilingual. 
Tujuan dari pengangkatan bahasa persatuan adalah untuk mempersatukan suatu bangsa 
tersebut 

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa bahasa nasional, bahasa negara, bahasa resmi 
dan bahasa persatuan di Indonesia mengacu pada satu sistem linguistik yang sama 
yaitu bahasa Indonesia. 


3. Jenis Bahasa Berdasarkan Tahap Pemerolehan. 

Berdasarkan tahap pemerolehannya dapat dibedakan adanya BAHASA IBU , BAHASA PERTAMA, BAHASA KEDUA DAN SETERUSNYA. 

BAHASA IBU lazim juga disebut sebagai bahasa pertama karena bahasa itu 
yang pertama dipelajarinya. Kalau si anak mempelajari bahasa lainya maka lazim 
disebut bahasa kedua. Dan begitu seterusnya, di Indonesia biasanya bahasa ibu 
mereka adalah bahasa daerahnya masing-masing. Sedangkan bahasa asing pasti 
menjadi bahasa kedua mereka. 

LINGUA FRANCA adalah bahasa sementara yang digunakan partisipan yang 
mempunyai bahasa ibu berbeda. Pemilihan suatu sistem linguistik menjadi sebuah 
lingua franca adalah berdasarkan adanya kesaling pahaman di antara mereka. 
Karena dasar pemilihan lingua franca adalah keterpahaman atau kesaling pengertian 
dari partisipan yang saling menggunakannya, maka bahasa, baik sebuah lague, pijin, 
mapun kreol, dapat menjadi sebuah lingu franca itu. Contoh lingua franca timbulnya 
bahasa Cirebon yang merupakan perpaduan antara Bahasa Jawa dengan Bahasa Sunda.




Referensi :
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.